Untukmu, Seorang Lelaki Berdarah Minang
11:00 PM
Minggu kedua lebih empat hari di bulan Juni, kukirim pesan
singkat yang saat itu mungkin kamu
anggap tak berarti. Kamu juga takkan mengetahui, bahwa saat itu aku datang
memang untuk memperdekat diri. Dengan hati-hati, dengan alasan yang takkan kamu
mengerti.
Hari kedua menjelang pagi pukul tiga, percakapan kita
berjalan lancar saja. Analisa riddle yang mendominasi di dalamnya, menunjukkan
sisi barumu yang tak pernah kulihat sejak kenal lama. Aku terpana.
Hari demi hari berlalu, kamu dan aku bertukar cerita tak
kenal waktu. Hingga muncul ajakan menonton film baru. Movie date saat itu kali
pertama bagiku, begitu juga untukmu. Wajar kalau kita berdua terlihat kaku.
Kukutip kalimat dari sebuah karya anonimitas, "aku
percaya ajaran kausalitas; sebab cinta datang adalah akibat dari intensitas". Aku yang mulai kamu sebut sebagai prioritas. Dan kamu yang mulai melintas di
pikiranku dengan frekuensi teratas. Hingga tiba saat yang pas, tanggal pertama
di bulan kesembilan menjadi hari penjelas.
Halo, lelaki tangguh yang membuatku selalu butuh. Baru kali
ini aku mencintai seseorang dengan sungguh-sungguh. Aku tadinya separuh,
karenamu menjadi utuh. Kamu tempatku berbagi keluh, menemani tanpa kenal peluh.
Tak perlu kusebut bagaimana kamu mengisi hari-hariku dengan kebahagiaan hingga
penuh. Tanpa kusadari, aku utuh, kamu rapuh.
Pendekatan awal denganmu memang terbilang manis. Meskipun
akhirnya sukses membuat hati meringis. Dari agustus yang kita rasa waktu
terlalu cepat habis, hingga mei tahun selanjutnya yang ternyata perasaanmu
mulai terkikis. Tanda masa kita telah habis.
Yang kujalani denganmu bukan hal biasa, kukenang dalam bab
memori masa sekolah subjudul romansa. Tidak akan kubuang. Karena diriku yang
sekarang, juga terbangun dari apa yang dahulu kamu tuang. Meskipun akhirnya
harus kandas. Intensitas tanpa batas yang kini kita coba lepas.
Salam untuk ibundamu, dariku yang belum sempat bertatap
muka, semoga beliau selalu sehat batin dan raganya.
Untuk adikmu, sampaikan aku rindu bercengkrama dengannya.
Untuk abangmu, semoga studinya lancar jaya.
Dan untukmu, semoga selalu berbahagia.
Tertanda,
—p.n // perempuan spesialmu yang sudah habis masa.
P.S. written on June 15, 2017 and sent to someone. I published this because there is nothing to do with me and the person anymore.
0 comments